Sexy Red Lips
Hai readers,apa kabar?welcome to my blog dan jangan lupa follow account blog ini ya~

Sabtu, 09 September 2017

Hujan dan Rasa



Butir-butir hujan itu
biasnya sampai ke sudut mataku
menembus gelap yang tak kelihatan
Tanpa aku menerka-nerka dimana ia jatuh
melalui suaranya aku tahu dengan pasrah ia jatuh membiarkan dirinya melebur bersama debu
hanyut di ujung-ujung daun
lebur di bebatuan jalanan
Nyatanya hujan ini tak hanya membawa air,
ia membawa rasa
rasa yang membuatku menerka-nerka
Rasaku, di mana engkau merelakan dirimu jatuh, hanyut dan lebur?
Sumber:ligikarasa.com

Jumat, 18 Agustus 2017

DALAM PERTANYAAN KEPASTIAN





Ada yang berang
Ada yang meradang
Ada yang menerjang
Dan (tak akan) ada yang menang
Jika kau tak lebih dulu bilang
Jika kau tak mau secara terang
Jika kau tak juga menghilangkan jurang
tentang bimbang yang menerjang
———————————————————
Lirih, mataku mulai lelah menangkap
Ketiadaan kepastian yang tak kunjung kau janjikan
Sementara harapan memang tak pernah diperjualbelikan
Larut, aku membawa-bawa secangkir cemas
Karena kita tak juga jelas
Warna-warna bahagia yang bias
Kita terlalu lama menggulung hati tak berhias
Kali ini,
Ku anggap tak ada ragu
Ku berdoa tak ada malu
Ku pikir tak ada semu
Kita baru saja sedekat itu dan..  aku hampir terharu
Kau berseru tapi tak ada kata-kata bahkan satu
Ambigu
Kau
Lagi-lagi
Berlalu

SUMBER:LOGIKARASA.COM

Bintang Laut


“Gelap,
Suhunya rendah. Dalam.
Mereka menyebutnya,
Zona Abisal”
Kemudian, satu bintang jatuh.
Bintang Aquarius.
Mengambang di zona litoral, terbawa ombak sampai zona neritik.
Terombang ambing bintang oleh arus ombak.
Kemudian, salah satu sudut bintang menembus zona basial.
Cahayanya membuat sakit mata! Terlalu terang!
Kemudian, semua sudutnya menyusup kedalam zona abisal.
Begitu cepat, namun lembut.
Semakin terang. Sekarang abisal menjadi bercahaya.
Abisal tidak mau membuka mata,
Takut. Takut akan hal-hal yang tidak ingin dilihat.
Abisal terbiasa akan gelap,
Akan dingin,
Akan hal-hal yang tak nampak. Kecuali sungut gada yang licik.
Sungut gada selalu menipu krustasea-krustasea yang takberdosa.
Krustasea mengikuti cahaya sungut gada.
Sungut gada kemudian melahap segerombolan krustasea-krustasea tersebut tanpa tersisa.
Itu mengapa abisal takut cahaya.
Cahaya itu tukang tipu!
Kali ini ada yang berbeda.
Bintang mengeluarkan cahaya yang bukan hanyamemberi terang.
Tapi juga memberi hangat.
Abisal membuka mata,
Dan disitu abisal bersatu dengan bintang.
Bintang,
Ia tidak tahu ia terang.
Ia hangat juga tidak tahu.
Kemudian, Ia tersesat jatuh ke lautan.
Bintang Aquarius suka air.
Tapi, bintang takut yang bergelombang, yang berarus, dan berombak.
Tapi bintang malah tenggelam.
Tenggelam sampai zona abisal.
Bintang kembali ke gelap dan dingin.
Tapi gelap dan dingin yang berbeda.
Sekarang bintang jadi tahu terangnya menerangi,
Sekarang bintang jadi tahu hangatnya menghangatkan.
Bintang yang tadi takut jadi tidak.
Bintang menari dalam gelombang.
Dan disitu bintang bersatu dengan abisal.
SUMBER:LOGIKARASA.COM

Saat Kau Lelap





Matamu terpejam, kelelahan
Belai-belai ku pada pipimu pun tak jua membangunkan
Tak bergeming pula ketika ku daratkan beberapa kecupan
Bahkan malam ini begitu cepat terdengar dengkuran
Sayang,
Setiap kali kau ku belai,
Ada sekelebat rasa syukur
Tak pernah aku merasa begini damai
hingga biasanya perlahan terlelap aku dalam tidur
Selamat malam sayang,
Semoga tidurmu tak berbunga
Hingga kau rasa tenang secukupnya
Jangan hiraukan belaiku
Biarkan aku disini memaku
Sayang,
Aku rindu
Tak bertepi
Meski bertemu
Ku mau lagi

SUMBER:LOGIKARASA.COM


DAN AKU MASIH DALAM PERTANYAAN



Telanjur hadir dalam benak
akan kata dan pendirian
serta ujudnya dalam perbuatan
bahwa keduanya kerap
hanya timbul dalam harap
berdiri berjarak
Tak seberapa hadir dalam benak
akan iktikad untuk berderma
dalam kata
pujangga
Sayang, (tidakkah kini janggal memanggilmu begitu?)
dalam persoalan ini
memang tiada yang akan menang
: siapa butuh penyelesaian semacam itu?
karena (kupikir) cintaku akan mengatasi semua
Ingatlah kasih,
sesungguhnya aku berusaha membikin semua ini terang
dari segala yang kulakukan terhadapmu
lalu apa yang tersampaikan dari dirimu,
berupa cuma
berupa masih
berupa hanya
berupa tanya
tak heran jika ada bimbang diantaranya
kini kiranya pantas bagi diriku
untuk
beranjak
berlalu

sumber:logikarasa.com

Jumat, 23 Juni 2017

PADA PERTEMUAN PANDANGAN



Mengenalmu adalah petualangan,
teka-teki, dan labirin
pandangan matamu yang teduh
menuntunku perlahan
(sesekali terbuai)
seakan mengerti maksud
bahwa aku hendak mencari tempat untuk pulang
dan tak berpaling
———————————————————————–
Suatu saat
ketika aku mendamba kelapangan dan keheningan
aku seakan tak (mau) mengerti lagi akan adanya dirimu
: namun engkau selalu datang dalam kesendirianku.
Aku tak tahu harus berbuat apa.
source:logikarasa.com

DALAM PERTANYAAN PERASAAN




Sesekali aku tidak tenang,
menemukan resah yang beralaskan senyuman
berikut aku tandai semua pertanyaan
yang tak kuasa terhadap pemaknaan
bahwa aku masuk ke dalam buaian
bahkan sebelum merayakan
tanda darimu yang berisi berbagai pesan
——————————————————-
Dan pada suatu siang
ketika pendar kuning menjadi begitu terik
lantas aku merindukan
gerakmu yang dingin
dan gerikmu yang ingin
namun saat kita tak lagi berjarak,
aku tahu, kau tak tahu harus berbuat apa
source:logikarasa.com

PADA PERTEMUAN RESAH




Loving you is not a choice
it’s who I am
                                                          (“Loving You” – Stephen Sondheim)

Kita terpisah oleh bejana bening
yang melingkupi dirimu
(atau setidaknya kuanggap begitu)
tak sampai kujangkau tak jua kuraih
Kulihat sikapmu yang penasaran
dan lakumu yang berkait-kelindan
dengan segala tautan atas pertanyaan
yang datang dan bepergian
Kasih,
usah gelisah atas perasaanku turut serta
dalam benakmu
biarkan saja resah kita berjumpa
di antara rindu
——————————————————————
Pada buaian bulan
bisikan angin darat
dan hamparan bintang yang sederhana
lantas aku merindukan
kehangatan hadirmu
––dan karenanya––
megah perasaan
yang bertakhta dalam khayalku
Lalu kini, aku sampai pada simpulan
dirimu merupakan jalan
tuju-an
: aku hanya ingin menyusun siasat
biar tahu harus berbuat apa.
source:logikarasa.com

Taman






Kadang berpijak tidak sesederhana biasanya, apalagi di tempat yang (aku duga) penuh akan impian namun tak banyak hal yang dapat dilakukan.
Aku berdiri lagi di tengah taman, tempat dimana dulu aku melihat begitu banyak harapan dan keindahan.
Namun ketika aku mencoba berjalan, entah mengapa terlalu banyak lubang, kotoran, kemudian setiap pijakan terasa berat.
Sayang taman ini tak lagi layak untuk disanjung.
Tak ada hiasan, tak ada lagi warna-warni yang rupawan.
Aku menjadi asing di tengah taman yang sudah lama aku rindukan.
Lalu sebaiknya aku harus ke mana?
Merasa berpura-pura bahagia di taman yang tak lagi aku kenal atau aku harus meninggalkan taman yang selama ini aku nantikan untuk kembali aku pijak seperti sekarang?
Bahkan kompas atau peta tak mampu memberi petunjuk agar aku kuasa bergerak dari tempat aku kini berdiri.
Aku butuh sesuatu untuk membantuku bertahan di taman ini.
Atau biarkan aku duduk sebentar mengingat dimana sebenarnya letak taman yang dulu pernah indah.
Aku tak cukup kuat untuk menghidupkan berbagai bunga sendiri.
Aku sudah mulai mencoba menanam benihnya, namun kau tak melihatnya apalagi menghampiriku untuk sekadar tersenyum karena aku telah kembali di taman ini lagi.
Taman ini memang sudah usang nampaknya.
Kau tak lagi melihat, kau tak lagi ingin merawat.
Mungkin aku tersesat atau aku keliru saat berharap.
Karena jangankan bunga, bahkan seranggapun enggan melayang di taman ini.
Tapi aku?
Iya, aku masih berdiri di sini.
Di tamanmu.
Andai kau tahu.
sumber:logikarasa.com

Kamis, 22 Juni 2017

Maaf yang Kupinta



Maaf..
Ini lah satu-satunya yang bisa kukatakan..
Firasatmu benar, bahwa aku hanyalah gadis yang berlindung pada kata aman..
Tahan emosimu, mengertilah bahwa aku telah gagal mengenalmu..
Aku masih harus belajar menikmati rindumu..
Harusnya, aku tetap terkungkung bukan dengan liarnya tenggelam dalam khayal menjadi milikmu..
Usir namaku dalam ceritamu, anggaplah aku gadis yang kau buang, karena aku tak akan sanggup membuang kisahmu..
Lari, kau pantas lari dari gadis yang bahkan tak bisa berdiri dengan tegap..
Hisap saja semua hal yang menurutmu manis, muntahkan semua hal yang mengiris kebahagianmu..
Uap saja bisa terbang dengan bebas dari panasnya kopi, kenapa kau tidak bisa?
Datangilah gadis yang menyambutmu dengan riang setiap kerinduan tentangmu menjeratnya..
Aku gadis kejam yang dengan tega menikam hatiku setiap khayal tentangmu muncul..
Aku gadis kejam yang dengan egoisnya menahanmu dalam ketidakpastian..
Lihat, aku bahkan tidak bisa bebas berlari ke hadapanmu, aku masih tertahan disini, kau pun tak ada daya menarikku ke hadapanmu..
Genggam saja semua janji yang ingin kau wujudkan bersamaku
Hiduplah dengan janji yang terus kau genggam atau lepaskan janji itu jika daya telah bersamamu..
Ini mungkin terdengar aneh karena aku adalah gadis yang telah kau buang..
Fantasi janji-janjimu membuatku semakin terombang-ambing
Asap teko sudah mengepul, air sudah mendidih..
Riasan di wajahku sudah terhapus bersama air yang menggenangi pipiku,
Inilah aku, gadis terbuang yang sedang hanyut dalam lamunan
sumber:logikarasa.com

Kala


aku rindu bergurau dan berkhayal di beranda semua nampak nyata,
mainan pun tertawa bersama menikmati senja.
duduk di muka kaca, nikmati tayangan cerita petualangan
sampai perang-perangan
mengejar layang-layang, menembus pekarangan tak berhenti melompat
hingga malam menjelang.
aku rindu, kala itu meminta dengan tangis
menyapa dengan tawa.
sumber:logikarasa.com

Ke Serbuk Asteroid


dan apabila bintang saling tubruk tak menentu
kehendak berkeping segala hancur mendebu
ke serbuk asteroid semua yang berorbit mengapung
mencarimu dalam navigasi ruang-ruang di gugus teori penciptaan
berasal nan kekal menjadikan ringan udara,
lesu cahaya berpantul pelan ke ambang jutaan lapis rabun spektrum
yang tak silau menyorotimu.
sumber:logikarasa.com

Memang Manusia Bisa Apa?


mata air mata membeku
garis suhu kian membiru
tak ada lagi peluk
tak ada lagi kecup
apalagi menyia waktu di beranda
sambil hirup wangi hujan
jatuh lembut di atas rumput
memang manusia bisa apa?
merengek, menari kemudan masuk peti
beranjak cahaya, bertemu niscaya
hingga ramai cacing bersorak
makan malam telah tiba
perihal waktu:
hanya semesta yang tahu
sumber:logikarasa.com

Tentang Sebuah Tanya (?)


Mereka bilang makhluk Venus itu mudah diluluhkan oleh kata-kata, sedangkan Mars akan mudah digoda dengan paras yang rupawan. Lantas dimana letak logikanya? Sedang mereka bilang logika hadir agar tidak membutakan rasa. Sedang dari premis dasarnya mereka tidak melibatkan logika? Mereka semua bisa bicara dengan berperan menjadi bijak, mengatakan sesuatu apapun yang terdengar indah nan bijak seolah-olah semua bisa digeneralisir dengan pernyataan yang diciptakannya. Kenyatannya yang kualami berbeda? Nyatanya aku tak bisa mengatakan padamu untuk berhenti menatapku dengan tatapanmu yang membuatku sebagai mahkluk venus merasa kau angkat kedudukannya sedikit diatas mahluk venus lainnya di matamu. Nyatanya aku tidak bisa melarangmu untuk mengatakan kata-kata yang membuatku terbang meninggalkan tempatku berpijak.
Ketika perlahan semua berubah menjadi tidak biasa kau lakukan padaku, sekali… dua kali… tiga kali… dan kemudian semua menjadi menganggu pikiranku.
“Apa maksud dari semua perilakumu?”, sejurus kemudian aku sadar aku layaknya mahluk venus lainnya yang mudah diluluhkan oleh kata-kata. Kau tau apa yang kulakukan? Aku membodohkan diriku sendiri, aku mencaci diriku sendiri, dan aku marah pada diriku sendiri. Dimana logika? Harusnya dia hadir untuk menyadarkanku!
Ketika aku mencoba menolak mata itu, ketika aku harus memperdebatkan setiap kata-kata itu, dan setiap kali aku berusaha untuk menekan perasaan yang ada dalam diriku. Kau tahu? Rasanya seperti ada pertarungan yang hebat dalam diriku. Lantas aku bisa apa? Aku hanya berusaha menguatkan dua lawan yang saling bertarung dalam diriku antara rasa dan semua tanda tanya yang kucercahkan terus-menerus setiap kali sifat-sifat mahluk venus muncul dalam diriku. Dan ketika keduanya sama-sama semakin kuat, kau tahu siapa yang akan menjadi korbannya? Yaitu rusaknya tempat pertarungan itu sendiri sedang yang bertarung terus-menerus saling menyerang. Ya! Aku hampir saja menyerah! Sedang sebenarnya makna dari semua itu masih penuh dengan tanda tanya karena kau tak pernah menyampaikan dengan sungguh-sungguh makna sebenarnya.
Apa kau tahu? Aku merasa diriku begitu buruk. Saat di setiap sudut lingkungan kita mengajak kita untuk berpikir rasional, tapi aku bisa hampir menyerah dengan rasaku yang lupa membawa logikanya. Dan sekarang kau sudah terbang jauh dari tempatku berpijak, ditanah surga lainnya seperti yang orang banyak katakan tentang negri ini. Kau tahu? Tanda tanya itu semakin besar kurasa. Karena setelah engkau pergi, kau bahkan tak menyapaku. Padahal perlahan aku mulai membangun harapan itu. Kau bahkan tak pernah untuk sekadar meninjau sosial mediaku dan bahkan lama kelamaan kau seperti lupa pernah menerbangkanku beberapa sentimeter dari tempatku berpijak. Kau seolah lupa dan seperti tak pernah terjadi apa-apa. Aku bertanya, apa aku salah mengartikan itu semua? Karena jika melihatnya lebih jeli, saat kau ada jauh di sana kau justru lebih banyak menyapa kawan yang duduk di sampingku.
Aku masih ingat dengan jelas, saat kau mengatakan padaku untuk tidak salah tingkah di hadapanmu, otakku terus bekerja mencercah tanya agar aku tak luluh dengan semua kata-katamu. Tapi rasaku perlahan membangun harapannya dengan memberikan semburat merah pada pipiku. pertanyaanku tidak berhenti mencercah semua yang kau lakukan agar aku yakin kau hanya bersendau gurau seperti biasanya. Tapi ragaku? Salah tingkah pula ternyata. Ingatan itu begitu kuat sehingga menjadi kekuatan sang rasa untuk membangun harapannya. Meski sejuta tanya mencercahnya, kenangan itu pula yang terus melawannya, membangun harapan agar aku berusaha.
Aku hampir mencoba menjadi awal dari sebuah harmoni, karena kata Sabrang Noe harmoni akan tercipta jika ada yang berani memulai. Namun saat kumulai kau justru berhenti, dan saat kumulai lagi kau tak juga menanggapi dan harmoni itu tak jua terjadi. Seperti permainan donal bebek saja, maju satu langkah mundur dua langkah, aku maju dan kau mundur. Harus bagaimana aku? Saat semua pertanyaan mengajakku untuk berhenti, tapi rasa masih saja membangun harapan yang ujung-ujungnya tak berbentuk bangunan apapun karena bersamaan dengan dibangunnya harapan, semua pertanyaan mencercah dan merubuhkan. Sedang engkau yang jauh di sana tak jua memberiku sebuah tanda sebagai jawaban atas pertanyaanku.
Hari ini hujan, Fachri… mereka bilang hujan sering membawa kita pada ingatan pada sang mantan. Tapi aku? Aku mengingatmu. Mengingat semua perjalanan kita dari kita tak tahu siapa diantara kita hingga pertemuan terakhir saat kau telah menetapkan keputusan untuk terbang. Perlahan aku menyusun setiap kepingannya. Tetap ada di antara cercahan tanya dan rasa. Hingga aku menyadari sepertinya aku terjebak dalam tanda tanya ini padahal kepingan mampu menjawabnya. Tapi Fachri… aku masih saja menunggu jawaban atas pertanyaanku. Seperti tidak rela bahwa sekeping yang begitu membekas itu terbantahkan oleh semua kepingan sisanya.
Fachri, Kini tempat pertarungan itu mungkin benar-benar telah porak poranda. membiarkan rasa dan tanda tanya terus bertarung sepertinya justru akan membuat masing-masing menguatkan dirinya dan memperparah kerusakan sang medan laga. Kini, sang tanda tanyapun berhenti mencercah dan sang rasapun berhenti melawan. Ya, aku menyerah untuk melawan dan dilawan. Aku hanya berharap, jika semesta alam itu begitu luas. Aku juga ingin punya hati yang begitu luas. Melapangkan semua agar aku tak menuntut rasamu. Melapangkan semua dan tetap mendo’akanmu sebagai saudaraku. Dan aku ingin punya hati yang lebih luas lagi agar aku siap jika suatu saat ternyata memang tak seperti dugaku, aku bisa tetap tegar menatapmu seperti yang sudah-sudah berlalu. Aku hanya ingin menyapamu dan menulis pesan singkat untukmu, hanya untukmu tanpa hendak bermaksud mengeneralisasir untuk makhluk lain sepertimu. “jangan terburu-buru berperilaku jika sikapmu belum memberikan keputusannya”. Semoga tak akan ada lagi aku-aku lain yang melintas dihidupmu.
Tapi Fachri, nyatanya tanda tanya  itu masih saja bersemayam. Dia tidak hilang. Lewat gelombang elektromagnetik, bisa saja aku mengirimkan tanyaku padamu. Tapi aku memilih untuk tidak melakukannya, karena aku tahu ada hal yang lebih besar yang harus kau dan aku lakukan. Yang jauh lebih rumit dari hanya sebuah tanda tanya tentang rasa. Aku memilih menyimpannya dengan rapi. Toh jika pada akhirnya memang tak seperti harapanku, aku tetap harus akan pergi juga bersama logika tanda tanyaku.
Inilah kenyataannya. Entah seperti yang orang bijak katakan atau tidak… Tapi aku tahu, saat aku mencercahkan semua tanyaku pada perasaanku padamu, sebenarnya aku sedang membangun logika.
sumber:logikarasa.com


Sampai Jadi Debu







Badai, Tuan, telah berlalu
Salahkah ku menuntut mesra
Tiap pagi menjelang, kau di sampingku
Kuaman ada bersamamu..

Lagu itu terus terngiang-ngiang di telingaku yang kini memandangimu dari balik tirai pintu. Sedari tadi kamu sibuk membalas ucapan selamat dari ratusan tamu berwajah semringah, sehingga sosokku tak mampu kamu jamah. Dahulu, lagu itu senantiasa memberikanku sensasi yang tak mampu kuterjemah. Betapa indah dan mesranya seandainya dinyanyikan setelah semua orang berkata, ‘SAH!’. Membayangkannya saja membuat sekujur tubuhku merinding sepaket dengan pipi yang merona merah.
Aku masih ingat kamu selalu menyanyikan lagu itu untukku —dengan gitar tua kesayanganmu dan tentu suaramu yang merdu— di setiap penutup perjumpaan kita di depan kamera tatap muka. Setelah cerita tentang enam hari yang dibahas-rampungkan dalam dua-tiga jam di penghujung pekan, yang kita sampaikan dengan berbagai varian emosi selama lebih dari dua tahun.
Aku tidak pernah sekali pun bilang kepadamu, bahwa setiap kali kamu menyanyikannya, hatiku yang gundah dan ragu kembali yakin. Yakin bahwa perjalanan terjal penuh liku dan stagnansi keadaan yang kita rasakan akan sampai pada tujuan utama: mengalahkan jarak dan meraih restu agar kita bersatu. Terlebih ketika rindu begitu mengusik saat bulan di kalender mendekati pergantian tahun dan kita saling berbisik, ‘Sabar, sebentar lagi..’ untuk memperkuat hati agar tidak goyah diterpa badai selama penantian.
Kamu, barangkali tidak benar-benar tahu, lagu itu adalah energi yang lembut, peny situasi, dan pengingat moral supaya aku secara personal mampu bertahan melewati hari-hari yang berat tanpa bertukar peluk dan cium. Kamu sudah bosan betul mendengar cerita mengenai pria-pria kaukasoid yang mengajakku berkencan.
Kembali kupandangi kamu yang nampak gagah dibalut setelan jas mewah, menyajikan senyum terbaik kepada sahabat dan kerabat, lalu sesekali bersedia mengabadikan momen bersama lewat satu-dua lensa. Engkau tersenyum lepas yang barangkali menunjukkan kepada dunia bahwa salah satu impian tertinggi hidupmu terwujud. Aku pun tersenyum di sini, memahami dan memaklumi. Inilah hari yang dahulu kita berdua tunggu.
Lalu kudengar denting piano dari samping panggung tempatmu berdiri. Seorang pianis berambut klimis menekan tuts dengan senyum penuh percaya diri. Hampir seluruh mata tertuju kepadanya. Ia membawakan lagu itu, lagu favorit kita, lagu yang paling kutunggu-tunggu. Kualihkan pandangan ke arahmu yang sedang berjalan menghampiri pianis itu sementara sahabat-sahabatmu bertepuk tangan menyemangati, kemudian kamu mengambil sepasang mic dari seseorang di belakang pianis itu.
Saat-saat mendebarkan yang menyempitkan rongga paru-paruku ketika kamu kembali ke atas panggung, menghampirinya, perempuan cantik itu, lalu menyerahkan satu mic yang kamu pegang tanpa ragu. Sekejap, jiwaku meninggalkan raga bersamaan dengan jantungku yang seolah berhenti memompa darah. Kesadaranku menipis, pengelihatanku nyaris menemui kilatan cahaya silau yang kemudian gulita total. Ingin sekali aku segera menghentikan waktu atau menekan tombol tunda untuk berlari ke arahmu dan merampas mic itu. Aku tidak setegar yang kukira, namun kakiku terbelenggu, lidahku kelu, dan hatiku lebih buruk dari tidak berfungsi sebelum sempat menyadari bahwa tiada hak cemburu yang berlaku.
Adakah kamu mengetahui duka, luka, angkara, dan rela yang hendak menggelontor terjun bebas dari bendungan kelopak mataku yang sudah berkaca-kaca, setelah hampir seribu hari mengemis kemungkinan dalam jutaan semoga untuk seluruh pengorbanan? Adakah kamu mengerti mekanisme melupakan takkan terjadi terhadapku setelah langkah pertama aku meninggalkan ruangan ini? Adakah kamu berpikir aku memikirkan ini? Kamu terasa hampir tak bersekat sekaligus terlampau mustahil untuk kudekap. Mungkin Tuhan pun angkat tangan karena kamu sudah pasti tidak bisa bertanggung jawab atas hidupku kini.
Bibir kalian yang tersenyum bahagia perlahan terbuka dan mulai bernyanyi syahdu. Hancurlah tameng ketabahan yang melindungi kuriositas akan dirimu untuk kali terakhir. Kuusir setetes keikhlasan yang mencair luruh dan luhur kusembunyikan di hadapan seluruh pasang mata. Kukuatkan sendi-sendi kaki yang menopang tubuh ini agar tidak menjadi bencana fenomenal. Menyaksikan kamu dan perempuan itu bernyanyi seperti menonton teater yang mendoktrin akalku untuk tidak lagi percaya cinta dan menjalin relasi yang disepakati.
‘Selamanya..
Sampai kita tua..
Sampai jadi debu..’

Kau di liang yang satu, ia di sebelahmu, aku bernyanyi pelan untuk kalian dengan senyum retak.
Sampai lagu itu selesai kalian nyanyikan dan kalian berpelukan, kuanggap kau dan aku resmi berpisah. Tak diperlukan lagi seremoni seperti ucapan, pelukan, lambaian tangan atau peristiwa dramatis lainnya. Tak ada kesempatan untuk itu, cukuplah aku bertepuk tangan seperti para tamu lainnya yang menyorakkan betapa romantisnya kalian. Mudah-mudahan kalian memang berada di liang yang bersebelahan.
Perempuan di sebelahmu itulah jatukramamu, yang di setiap pagi menjelang ada di sampingmu, yang selalu kau pastikan aman bersamamu. Ada badai yang maha bergemuruh dalam hatiku dan taufan siap menyerang untuk memporak-porandakan kehidupanku tepat ketika ekor mataku melepas sosokmu. Dan adalah kesalahan dan dosa tak terampuni apabila ketidaktahuan diriku masih menuntutmu mesra.
Yang bisa kutunaikan hanyalah pasrah, jujur tanpa retorika, dan menerima mengakui bahwa bukan akulah orangnya. Namun semoga kamu tahu bahwa aku akan tetap menepati janjiku..
Mencintaimu sampai jadi debu.

sumber:logikarasa.com

Kamis, 15 Juni 2017

Tips mengempiskan jerawat

~Jerawat selalu jadi masalah terutama bagi wanita, ini bisa jadi salah satu solusi mengempiskan jerawat dengan cepat. Jika anda selalu menyediakan obat kumur di kamar mandi anda misal : Listerine, anda bisa menggunakannya. Ambil sedikit dan oleskan pada jerawat anda. Kandungan alkohol pada listerine dapat mengempiskan jerawat dalam beberapa menit dan dapat memudarkan bekas jerawat.









Semoga Bermanfaat:)

Selasa, 13 Juni 2017

Tips agar tidur nyenyak & mimpi indah

Bagi readers setiaku yang sering mengalami gangguan tidur,aku bakal kasih kalian tips yang simple dan praktis untuk dilakukan agar tidur kalian nggak mengalami 'trouble' lagi dan pastinya berkualitas.

~Kondisi tubuh yang tidak fit biasa menyebabkan kesulitan tidur dan datangnya mimpi buruk. Bagi anda yang ingin bisa tidur nyenyak dan mimpi indah. Minumlah Jus apel sebelum anda tidur. Senyawa kimia yang terkandung pada jus apel bisa membantu anda mimpi indah.







Semoga Bermanfaat:)

ES DOGER

Hai readers! 
Siapa sih yang nggak tau bentuk dan wujudnya Es Doger?Semua pasti tau kan,es yang selalu ada di pinggir jalan atau warung-warung.
Nah,pertanyaanku sekarang adalah es yang sering kalian temui yang biasa disebut"ES DOGER"itu ternyata kata 'DOGER' memiliki kepanjangan dan apa menurut kalian jawabannya?

walaupun nggak penting,tapi buat nambah pengetahuan kuliner aja nggapapa lah ya:))
Ternyata,kepanjangan dari kata 'DOGER' yang sering tidak kita pikirkan dan hanya meminumnya saja berhasil terkuak oleh salah satu pengguna twitter(yang saya lupa namanya) yang menyebutkan bahwa 'DOGER' merupakan singkatan dari GEROBAK DORONG. Jadi, Es Doger = Es Gerobak Dorong.

Menurut saya hal ini masuk akal karena kebanyakan orang yang berjualan es doger umumnya membawa gerobak dorong.

kalau menurut kalian gimana?

Senin, 27 Maret 2017

Dunia sedang istirahat.Walau sejenak.



di sebuah kedai,
ada aku yang duduk di dekat pintu, dan seseorang sedang menyapu..
hampir tak ada lalu lalang yang terlihat.
disudut pusat perbelanjaan yang sepi, ada damai yang aku resapi.
10 malam sudah berdenting.
kendaraan-kendaraan sudah pulang, bersiap untuk berlomba sampai ke tempat kerja esok hari.
namun, aku masih disini.
di sebuah kedai.
ada aku yang duduk di dekat pintu, dan seseorang sedang menyapu..
untuk beberapa menit, aku merasa dunia tidak menghakimiku.

1.28 AM

1.28 AM






tiba-tiba
sebuah harapan dan doa kecil.
muncul di tengah malam.
dimana lagi-lagi gemuruh pikiran,
kalah dengan suara angin.

"semoga malam berbaik hati menjaganya,
memastikan ia terlelap dengan tenang,
dan kembali tersadar dengan perasaan 
yang menyenangkan."

tidak harus karenaku,
tapi kuharap begitu.


ego sempat menelanku bulat-bulat.
semoga besok ia sudah pergi jauh-jauh.

''kau kan memburu ku, dalam benci mu"


maaf sayang.
jika hari ini, malammu berubah
menjadi kelabu.
bahagiamu pergi.
berlarian menjauhimu.

sayang.
aku melihat mata yang tersesat itu.
menahan ombak yang memaksa keluar.
kemudian berubah menatap tajam
mencari bayanganku
yang telah pergi jauh.

tak apa sayang.
jika hati itu akhirnya penuh benci.
aku mengerti.

tak apa sayang.
jika kelak aku mati dalam buruanmu.
aku mengerti.

dan jika tiba saatnya,
ketika dendammu terbalaskan,
aku akan turut bahagia.
kamu.aku.
kita akan menjadi satu.
disaat aku telah menjadi abu,
yang perlahan membusuk
di dasar hatimu.

sejujurnya. aku sudah lama mati.
tatapanmu saat itu sudah menusukku perlahan.



♪ Noh Salleh - Sang Penikam ♪

sumber : petitopoetic.blogspot.co.id

Nostalgi,pada sebuah malam.




pukul dua lewat lima pagi.
langit masih menangis sejak tadi.
bau air yang meresap di tanah,
sengaja menjemputku menemui hujan 
di masa lalu.


kala itu senja. 
kita menikmati hujan dari sebuah kedai tua.
kau apik dengan kaus abu.
aku cantik dengan gaun biru.

gemercik air jalanan yang berlomba membasahi kakiku.
rangkulan hangat yang membuatku kaku.
tv tua kecil yang menampilkan kisruh massa,
tidak menggangu kita yang dibuai romansa.




lalu kita terseret waktu.
hingga akhirnya kita mengerti
hujan lebih baik dinikmati sendiri.



kulihat dua lewat sepuluh datang.
bersamaan dengan senyumku
yang muncul perlahan.

yang selalu kuingat adalah.
kala itu senja.
kau apik dengan kaus abu.
aku cantik dengan gaun biru.

aku bahagia pernah secantik itu di depanmu.


♪ Gardika Gigih Pradipta - Nostalgi Pada Sebuah Malam. 

ALANA & MERAH



Hening.
Alana menatap kaku.
Gilang pun begitu.
Sesekali menatap jari Gilang,
Penuh cat merah.
“semerah bibirnya.”

Apa lagi yang harus disembunyikan?

“Jika aku ada di kanvasmu,
Aku akan sedang bersandar,
Pasrah.
Memandangi rasa yang perlahan pudar.”

Bibirnya merah,
Gilang tak mampu menatapnya terlalu lama.
Resah,sambil memutar kuas nya perlahan.

Merahnya menetes,
memenuhi genangan luas.

“aku tak mampu lagi,
berbohong pada diriku sendiri,
bahwa aku,
bahwa kita,
baik-baik saja.”

Merah,sendu,
itu aku.

SUMBER : petitopoetic.blogspot.co.id
merah & lelah
bibirku yang merah.



merekah.
perlahan luka dan berdarah.


aku lelah membawa bunga palsumu.